Saya mau
bertanya, apa hukum mempercayai seorang dukun yang dalam ritualnya sering
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?. Seperti kasus dukun yang mencoba mencari
pesawat Malaysia yang hilang.
Terima kasih
atas jawabannya.
Walaikummusalam
wr.wb
Perdukunan, ramalan nasib, dan sejenisnya telah tegas
diharamkan oleh Islam dengan larangan yang keras. Sisi keharamannya terkait
dengan banyak hal, di antaranya:
Pertama, Apa yang akan
terjadi itu hanya diketahui oleh Allah, Maka seseorang yang meramal berarti ia
telah mensejajarkan dirinya dengan Allah, hal ini merupakan kesyirikan, membuat
tandingan bagi Allah.
Kedua, Meminta bantuan kepada jin atau
setan. Ini banyak terkait dengan praktik perdukunan dan sihir.
Dukun dan peramal itu bermacam-macam sebutannya: Kahin,
Arraf, Rammal, Munajjim, dan Sahir,
Ancaman
Terhadap Orang yang mendatangi Dukun
Disebutkan dalam hadits Nabi:
مَنْ
أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافًا لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا
“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal maka tidak
diterima shalatnya 40 hari.”
Dalam hadits yang lain:
مَنْ
أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا
أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai
apa yang dia katakan maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada
Muhammad.”
Ciri-ciri Dukun atau Penyihir
Diantara ciri dukun, antara lain:- Meminta bekas-bekas si sakit baik pakaian, sorban, sapu tangan, kaos, celana, atau sejenisnya dari sesuatu yang biasa dipakai si sakit. Atau bisa juga meminta fotonya.
- Terkadang meminta hewan dengan sifat tertentu untuk disembelih tanpa menyebut nama Allah, atau dalam rangka diambil darahnya untuk kemudian dilumurkan pada tempat yang sakit pada pasiennya, atau untuk dibuang di tempat kosong.
- Menulis jampi-jampi dan mantra-mantra yang memuat kesyirikan.
- Memerintahkan si sakit untuk menjauh dari manusia beberapa saat tertentu di sebuah tempat yang gelap yang tidak dimasuki sinar matahari.
Mempercayai
perdukunan sama dengan tidak membenarkan apa yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad. Dua hal yang tidak mungkin bersatu, mempercayai Al-Qur’an dan mempercayai
dukun.
Kalau ada seseorang yang membantu orang lain dengan
“ilmunya” dan tidak menyimpang dari ajaran agam Islam, maka hal itu adalah
wajar-wajar saja. Sepertimana seorang dokter, berdasarkan keilmuannya memberitahu
seorang pasein sesuatu penyakit yang dideritanya dan atau prediksi-prediksi terhadap
pasein yang tujuannya agar kita berhati-hati dan berjaga-jaga. Artinya kalau
ada orang “shaleh” yang berdasarkan penglihatan mata batinnya memberitahu
kepada kita tentang sesuatu, maka jadikanlah ia sebagai sarana untuk
berwaspada, tidak lantas kita mempercayainya 100%, yang menentukan hanya Allah,
sementara manusia hanya bisa membaca dari fenomena alam, baik secara zahir
maupun batin.
Jadi harus kita harus membedakan antara orang shaleh yang
dekat kepada Allah, do’anya cepat dikabulkan, dan “dukun” yang dekat kepada Jin yang
permintaannya dilanjur oleh Allah (istidraj). Selanjutnya kita harus berkeyakinan
hanya Allah yang Maha menentukan segalanya, sementara orang shaleh hanya
sebagai perantara untuk memantapkan tawakkal di hati kita.
Wallahu A’lam bi al-Shawab
Konsultasi Hidup dan Kehidupan bersama:
Akhmad Sagir (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari
Banjarmasin)
Banjarmasin, 3 April 2014
0 comments:
Post a Comment