Kirim Pertanyaan Anda Ke alamat Email ini: konsultasiantasari@gmail.com

Monday, April 7, 2014



Assalammu’alaikum. 
Saya mau bertanya, apa hukum mempercayai seorang dukun yang dalam ritualnya sering menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an?. Seperti kasus dukun yang mencoba mencari pesawat Malaysia yang hilang.
Terima kasih atas jawabannya.
Walaikummusalam wr.wb
Perdukunan, ramalan nasib, dan sejenisnya telah tegas diharamkan oleh Islam dengan larangan yang keras. Sisi keharamannya terkait dengan banyak hal, di antaranya:
Pertama, Apa yang akan terjadi itu hanya diketahui oleh Allah, Maka seseorang yang meramal berarti ia telah mensejajarkan dirinya dengan Allah, hal ini merupakan kesyirikan, membuat tandingan bagi Allah.
Kedua, Meminta bantuan kepada jin atau setan. Ini banyak terkait dengan praktik perdukunan dan sihir.
Dukun dan peramal itu bermacam-macam sebutannya: Kahin,  Arraf,  Rammal, Munajjim, dan Sahir
Ancaman Terhadap Orang yang mendatangi Dukun
Disebutkan dalam hadits Nabi:
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافًا لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا
“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal maka tidak diterima shalatnya 40 hari.”
Dalam hadits yang lain:
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakan maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
Ciri-ciri Dukun atau Penyihir
Diantara ciri dukun, antara lain:
  1. Meminta bekas-bekas si sakit baik pakaian, sorban, sapu tangan, kaos, celana, atau sejenisnya dari sesuatu yang biasa dipakai si sakit. Atau bisa juga meminta fotonya. 
  2. Terkadang meminta hewan dengan sifat tertentu untuk disembelih tanpa menyebut nama Allah, atau dalam rangka diambil darahnya untuk kemudian dilumurkan pada tempat yang sakit pada pasiennya, atau untuk dibuang di tempat kosong. 
  3. Menulis jampi-jampi dan mantra-mantra yang memuat kesyirikan. 
  4. Memerintahkan si sakit untuk menjauh dari manusia beberapa saat tertentu di sebuah tempat yang gelap yang tidak dimasuki sinar matahari.   

Mempercayai perdukunan sama dengan tidak membenarkan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dua hal yang tidak mungkin bersatu, mempercayai Al-Qur’an dan mempercayai dukun.

Kalau ada seseorang yang membantu orang lain dengan “ilmunya” dan tidak menyimpang dari ajaran agam Islam, maka hal itu adalah wajar-wajar saja. Sepertimana seorang dokter, berdasarkan keilmuannya memberitahu seorang pasein sesuatu penyakit yang dideritanya dan atau prediksi-prediksi terhadap pasein yang tujuannya agar kita berhati-hati dan berjaga-jaga. Artinya kalau ada orang “shaleh” yang berdasarkan penglihatan mata batinnya memberitahu kepada kita tentang sesuatu, maka jadikanlah ia sebagai sarana untuk berwaspada, tidak lantas kita mempercayainya 100%, yang menentukan hanya Allah, sementara manusia hanya bisa membaca dari fenomena alam, baik secara zahir maupun batin.

Jadi harus kita harus membedakan antara orang shaleh yang dekat kepada Allah, do’anya cepat dikabulkan, dan  “dukun” yang dekat kepada Jin yang permintaannya dilanjur oleh Allah (istidraj). Selanjutnya kita harus berkeyakinan hanya Allah yang Maha menentukan segalanya, sementara orang shaleh hanya sebagai perantara untuk memantapkan tawakkal di hati kita.

Wallahu A’lam bi al-Shawab
Konsultasi Hidup dan Kehidupan bersama:
Akhmad Sagir (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari Banjarmasin)
Banjarmasin, 3 April 2014


Categories:

0 comments:

Post a Comment