Kirim Pertanyaan Anda Ke alamat Email ini: konsultasiantasari@gmail.com

Wednesday, July 30, 2014

Mengenal Perfeksionis
Perfeksionis salah satu bentuk obsesi akan kesempurnaan pada penampilan, pekerjaan dan prestasi. Kadang, kita berpandangan bahwa setiap dari kita dapat mencapai apa pun yang kita inginkan jika kita hanya berusaha cukup keras dan maksimal. Namun, bagi perfeksionis apapun yang diinginkan harus berhasil seperti keinginannya dan meletakkan kesempurnaan pada tiap yang diinginkannya.
Orang-orang yang bersifat perfeksionis biasanya memiliki standar yang tinggi pada tujuan yang ingin dicapainya. mereka pantang menyerah, tidak asal-asalan, tidak diam diri saat melihat kekurangan, memiliki kewaspadaan yang over dan selalu total dalam mengerjakan sesuatu. Perfeksionis selalu menginginkan “semua” atau “tidak sama sekali". dia tidak pernah merasa bahwa dia cukup baik.
Seseorang yang perfeksionis sering kali merasa tidak aman dan cemas akan tujuan mereka yang tidak sesuai standar. Dan sebagai akibatnya, mereka terus-menerus hidup dalam ketakutan dan rasa malu di kalangan publik.
Perfeksionis mempengaruhi orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat: karyawan, bos, seniman, pengacara, ilmuwan dan dokter. Misalnya, seorang penulis, menghabiskan berjam-jam waktu setiap hari di depan komputernya untuk bekerja dan melahirkan kata-kata sempurna dalam urutan yang sempurna. Dia menyakini bahwa prosa yang indah dapat menembus dirinya sebagai seorang seniman dan sebagai manusia. Akibatnya, ia menulis sangat sedikit dan apabila tidak berhasil ia merasa gagal dan buruk tentang dirinya sendiri.
Dan pula ifan seorang ilmuan yang begitu sibuk dengan mencapai kesuksesan dan kesempurnaan. Ia tidak dapat mentolerir ketidaksempurnaan dari hasil kreatif. Secara khususnya, ia merasa dirinya tidak diizinkan untuk memproduksi sasuatu yang kurang sempurna atau hasil yang seadanya. Dan  tatkala tidak bisa memberikan karya pada percobaan pertama, ia akhirnya merasa kehilangan semangat, kalah, dan malu.
Secara alamiah, sifat dan perkembangan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil, lingkungan sekitarnya dan informasi yang didapatnya. Tak terkecuali sifat perfeksionis, dari pengalaman masa kecil, keinginan dan perilaku setiap orangtua cenderung sangat kritis terhadap penampilan anak-anak mereka atau hasil belajar (nilai raport) di sekolah. Tak sedikit orangtua yang mengomentari anak-anaknya dengan kata-kata  “Sayang, aku hanya ingin kau menjadi sempurna”.
Dan pula pembatasan waktu bermain anak agar anak bisa mengikuti pelajaran tambahan di berbagai lembaga kursus: les matematika dan bahasa asing atau pengembangan keterampilan: menyanyi, bermain alat musik dan menari.
BBC News Online mencatat bahwa beberapa dokter berpendapat perfeksionisme adalah suatu kondisi medis yang harus dikategorikan sebagai masalah perilaku atau gangguan kejiwaan." Bentuk ekstrim perfeksionis harus dianggap sebagai penyakit yang mirip dengan narsisme, dan obsessive compulsive disorder.
Categories:

0 comments:

Post a Comment