Kirim Pertanyaan Anda Ke alamat Email ini: konsultasiantasari@gmail.com

Thursday, October 9, 2014



Pengertian Psikologi dan Sejarahnya
Ketika kita berpikir tentang psikologi, hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita adalah menolong seseorang yang bermasalah dengan mentalnya. Pada dasarnya psikologi membahas tentang mental atau jiwa dengan mengamati gejala-gejalanya pada tingkah laku manusia.
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara harfiah psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa”.
Adapun secara istilah, ada beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:
Menurut Kalat, psikologi adalah kajian sistematik tentang tingkah laku dan pengalaman.[1]
Ada juga pakar psikolog yang mendefinisikan psikologi sebagai kajian sistematik tentang tingkah laku dan jiwa.[2]
Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
Wilhelm Wundt, seorang tokoh psikologi eksperimental berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa dan kehendak.[3]
Dari berbagai definisi psikologi menurut para ahli, dapat kita simpulkan secara umum bahwa pengertian psikologi adalah kajian ilmiah yang mempelajari tentang kejiwaan dan pemikiran seseorang dengan melihat gejala-gejala tingkah laku.
Sejatinya, jiwa atau mental bersifat abstrak, jadi tidak mungkin dapat dipelajari secara langsung. Akan tetapi untuk mempelajari jiwa dapat melalui pengamatan terhadap gejala-gejala jiwa atau mental yang nampak pada tingkah laku atau ekpresi.
Fondasi psikologi adalah filsafat yunani kuno, pemikiran plato tentang isu psikologis sangat luas dan rinci. Plato menganggap interaksi manusia dan lingkungannya sebagai faktor penting dalam memahami aktivitas manusia.[4]
Menurut plato, Jiwa atau pikiran adalah kekuatan yang menggerakkan pada manusia, sebagaimana ia merupakan bagian kekuatan yang menggerakkan dari semua benda, memiliki kekuatan vitalitas inkarnasi dan spritualitas.[5] Plato berupaya meneruskan tradisi gurunya yaitu Socrates tentang pandangan bahwa jiwa berisi semua aktivitas yang membedakan manusia dari seluruh alam.[6]
Salah satu murid Plato yang terkenal adalah Aristoteles. Ia telah belajar kepada Plato kurang lebih dari 20 tahun. Aristoteles pernah menulis buku tentang psikologi, yaitu De Anima.[7] Buku De Anima berisi pernyataan-pernyataan utama mengenai psikologi menurut pandangannya, yang berusaha mendefinisikan subjek material psikologi hingga studi ilmu pengetahuan di zaman Renaisans. Seperti gurunya, Plato, Aristoteles menyusun teori dualisme raga dan jiwa.[8]
Sebelum abad 19, psikologi belum menjadi kajian ilmu yang independen atau berdiri sendiri. Lahirnya disiplin ilmu psikologi dan menjadi studi yang independen saat pada puncak popularitas phrenology. Phrenology adalah pelajaran mengenai pemikiran dan ditandai dengan didirikannya sebuah laboraturiom psikologi di kota Leipzig pada tahun 1879 oleh Wilhem Wundt. Wundt telah memperoleh pelatihan di bidang kedokteran dan filsafat. Wundt aktif menulis kajian psikologi, kedokteran, sejarah, ilmu pengetahuan, etika dan logika. Laboratorium tersebut dijadikan tempat bereksperimen dan hasil eksperiement tersebut selanjutnya dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Lambat laun, laboratorium tersebut menjadi tempat bagi siapa saja yang ingin menjadi psikolog.[9]
Salah satu metode penelitian Wundt yang banyak disukai adalah Intropeksi Diri. Pada metode tersebut, sukarelawan dilatih untuk cermat mengobservasi, menganalisis dan mendeskripsikan sensasi, bayangan mental dan reaksi emosinya sendiri. Di lain sisi, sebagian psikolog menolak metode Wundt tersebut karna dianggap terlalu subjektif.[10]
Wundt banyak melahirkan psikolog terkenal dan pendiri sistem psikologi di Jerman, seluruh Eropa dan Banua Amerika. Sebagian besar murid-murid Wundt berbeda dan menyimpang konsepsi tentang psikologi dengannya. Penyimpangan ini sampai pada tingkat yang bervariasi.[11]
Selanjut, psikologi mulai menemukan jalannya di bidang terapan, sejak James Mckeen Cattell (1994)  mulai mengembangkan tes mental atau psikotes yaitu test yang berorientasi uji pendekatan untuk mempelajari proses mental. Psikologi Cattell berfokus dengan kemampuan manusia dan bukan isi dari kesadaran, dan dalam hal ini mendekatkannya dengan psikologi aliran fungsionalisme.[12]
Cattell sempat menjadi asisten dan bekerja secara produktif kepada Wundt selama tiga tahun. Semasa bekerja di laboratorium Wundt, Cattell tertarik dengan eksperimen tentang waktu, reaksi dan mempelajari perbedaan individual dalam waktu reaksi.[13]
Tidak lama setelah itu, klinik psikologi pertama didirikan oleh Lightner Witmer. Klinik tersebut didirikan di Universitas Pennsylvania pada tahun 1896, klinik ini perkembangan dari laboratorium psikologi James McKeen Cattel. Klinik psikologi melayani pelatihan untuk psikolog dan para pendidik dan pula menjadi kiblat untuk klinik-klinik lainnya pada masa itu.[14]


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, cet ke-3 2003.
Bregnnan, James, F, Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, edisi ke-6, 2006.
Fagan, Thomas K, "Field Experience" Thomas K. Fagan and Paul G. Warden (ed.). Historical Encyclopedia of School Psychology, USA, Greenwood Publishing Group. 1996.
Kalat, James W,  Introduction to Psychology,  USA, Cengage Learning, edisi ke-10, 2014.
Plotnik, Rod dan Haig Kouyoumdjian, Introduction to Psychology, USA, Cengage Learning, edisi ke-10, 2014.
Schultz, Duane dan Sydney Schultz, A History of Modern Psychology, USA, Cengage Learning, 2012.
Wade, Carole dan Carol Tavris, Psikologi, Jakarta, Erlangga, Edisi ke-9, 2007.



[1] James W. Kalat,  Introduction to Psychology, edisi ke-10, (USA: Cengage Learning, 2014), h. 3

[2] Rod Plotnik, Haig Kouyoumdjian,   Introduction to Psychology, edisi ke-10, (USA: Cengage Learning, 2014), h. 4.
[3] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Cet ke-3 (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 4
[4] James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem Psikologi, edisi ke-6, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006), h. 36.
[5] Ibid., h. 38.
[6] Ibid., h. 39
[7] Ibid., h. 40
[8] Ibid., h. 43
[9] Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, Edisi ke-9, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 17
[10] Ibid., h. 18
[11] James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem Psikologi loc. cit., h. 233
[12] Duane Schultz dan Sydney Schultz, A History of Modern Psychology, (USA: Cengage Learning, 2012), h. 163
[13] James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem Psikologi, loc.cit., h. 280
[14] Historical Encyclopedia of School Psychology, Editor Thomas K. Fagan and Paul G. Warden. (USA: Greenwood Publishing Group, 1996), h. 135
Categories:

0 comments:

Post a Comment