Pengertian
Psikologi dan Sejarahnya
Ketika kita berpikir tentang psikologi,
hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita adalah menolong seseorang yang
bermasalah dengan mentalnya. Pada dasarnya psikologi membahas tentang mental
atau jiwa dengan mengamati gejala-gejalanya pada tingkah laku manusia.
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” berarti ilmu pengetahuan. Jadi
secara harfiah psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa”.
Adapun secara istilah, ada beberapa
definisi yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:
Menurut Kalat, psikologi adalah kajian
sistematik tentang tingkah laku dan pengalaman.[1]
Ada juga pakar psikolog yang
mendefinisikan psikologi sebagai kajian sistematik tentang tingkah laku dan
jiwa.[2]
Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Plato dan Aristoteles, psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai
akhir.
Wilhelm Wundt, seorang tokoh psikologi
eksperimental berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti
perasaan panca indera, pikiran, merasa dan kehendak.[3]
Dari berbagai definisi psikologi menurut
para ahli, dapat kita simpulkan secara umum bahwa pengertian psikologi adalah
kajian ilmiah yang mempelajari tentang kejiwaan dan pemikiran seseorang dengan
melihat gejala-gejala tingkah laku.
Sejatinya, jiwa atau mental bersifat
abstrak, jadi tidak mungkin dapat dipelajari secara langsung. Akan tetapi untuk
mempelajari jiwa dapat melalui pengamatan terhadap gejala-gejala jiwa atau
mental yang nampak pada tingkah laku atau ekpresi.
Fondasi psikologi adalah filsafat yunani
kuno, pemikiran plato tentang isu psikologis sangat luas dan rinci. Plato
menganggap interaksi manusia dan lingkungannya sebagai faktor penting dalam
memahami aktivitas manusia.[4]
Menurut plato, Jiwa atau pikiran adalah
kekuatan yang menggerakkan pada manusia, sebagaimana ia merupakan bagian
kekuatan yang menggerakkan dari semua benda, memiliki kekuatan vitalitas
inkarnasi dan spritualitas.[5] Plato
berupaya meneruskan tradisi gurunya yaitu Socrates tentang pandangan bahwa jiwa
berisi semua aktivitas yang membedakan manusia dari seluruh alam.[6]
Salah satu murid Plato yang terkenal
adalah Aristoteles. Ia telah belajar kepada Plato kurang lebih dari 20 tahun.
Aristoteles pernah menulis buku tentang psikologi, yaitu De Anima.[7]
Buku De Anima berisi
pernyataan-pernyataan utama mengenai psikologi menurut pandangannya, yang
berusaha mendefinisikan subjek material psikologi hingga studi ilmu pengetahuan
di zaman Renaisans. Seperti gurunya, Plato, Aristoteles menyusun teori dualisme
raga dan jiwa.[8]
Sebelum abad 19, psikologi belum menjadi
kajian ilmu yang independen atau berdiri sendiri. Lahirnya disiplin ilmu
psikologi dan menjadi studi yang independen saat pada puncak popularitas phrenology. Phrenology adalah pelajaran mengenai pemikiran dan ditandai dengan didirikannya
sebuah laboraturiom psikologi di kota Leipzig pada tahun 1879 oleh Wilhem
Wundt. Wundt telah memperoleh pelatihan di bidang kedokteran dan filsafat.
Wundt aktif menulis kajian psikologi, kedokteran, sejarah, ilmu pengetahuan,
etika dan logika. Laboratorium tersebut dijadikan tempat bereksperimen dan
hasil eksperiement tersebut selanjutnya dipublikasikan dalam sebuah jurnal.
Lambat laun, laboratorium tersebut menjadi tempat bagi siapa saja yang ingin
menjadi psikolog.[9]
Salah satu metode penelitian Wundt yang
banyak disukai adalah Intropeksi Diri. Pada metode tersebut, sukarelawan
dilatih untuk cermat mengobservasi, menganalisis dan mendeskripsikan sensasi,
bayangan mental dan reaksi emosinya sendiri. Di lain sisi, sebagian psikolog
menolak metode Wundt tersebut karna dianggap terlalu subjektif.[10]
Wundt banyak melahirkan psikolog
terkenal dan pendiri sistem psikologi di Jerman, seluruh Eropa dan Banua
Amerika. Sebagian besar murid-murid Wundt berbeda dan menyimpang konsepsi
tentang psikologi dengannya. Penyimpangan ini sampai pada tingkat yang
bervariasi.[11]
Selanjut, psikologi mulai menemukan
jalannya di bidang terapan, sejak James Mckeen Cattell (1994) mulai mengembangkan tes mental atau psikotes
yaitu test yang berorientasi uji pendekatan untuk mempelajari proses mental. Psikologi
Cattell berfokus dengan kemampuan manusia dan bukan isi dari kesadaran, dan
dalam hal ini mendekatkannya dengan psikologi aliran fungsionalisme.[12]
Cattell sempat menjadi asisten dan
bekerja secara produktif kepada Wundt selama tiga tahun. Semasa bekerja di
laboratorium Wundt, Cattell tertarik dengan eksperimen tentang waktu, reaksi
dan mempelajari perbedaan individual dalam waktu reaksi.[13]
Tidak lama setelah itu, klinik psikologi
pertama didirikan oleh Lightner Witmer. Klinik tersebut didirikan di
Universitas Pennsylvania pada tahun 1896, klinik ini perkembangan dari
laboratorium psikologi James McKeen Cattel. Klinik psikologi melayani pelatihan
untuk psikolog dan para pendidik dan pula menjadi kiblat untuk klinik-klinik
lainnya pada masa itu.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, cet ke-3 2003.
Bregnnan, James, F, Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, edisi
ke-6, 2006.
Fagan, Thomas K, "Field Experience"
Thomas K. Fagan and Paul G. Warden (ed.). Historical
Encyclopedia of School Psychology, USA, Greenwood Publishing Group. 1996.
Kalat, James W, Introduction
to Psychology, USA, Cengage
Learning, edisi ke-10, 2014.
Plotnik, Rod dan Haig
Kouyoumdjian, Introduction
to Psychology, USA, Cengage Learning, edisi ke-10, 2014.
Schultz,
Duane dan Sydney Schultz, A History of Modern Psychology, USA, Cengage Learning, 2012.
Wade, Carole dan Carol Tavris, Psikologi, Jakarta, Erlangga, Edisi
ke-9, 2007.
[1] James W. Kalat,
Introduction to Psychology,
edisi ke-10, (USA: Cengage Learning, 2014), h. 3
[2]
Rod Plotnik, Haig Kouyoumdjian, Introduction
to Psychology, edisi ke-10, (USA: Cengage Learning, 2014), h. 4.
[3]
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Cet ke-3
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 4
[4]
James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem Psikologi,
edisi ke-6, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006), h. 36.
[5]
Ibid., h. 38.
[6]
Ibid., h. 39
[7]
Ibid., h. 40
[8]
Ibid., h. 43
[9]
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, Edisi
ke-9, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 17
[10]
Ibid., h. 18
[11]
James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem
Psikologi loc. cit., h. 233
[12] Duane Schultz dan Sydney Schultz, A History of Modern Psychology,
(USA: Cengage Learning, 2012), h. 163
[13]
James, F. Bregnnan, Sejarah dan Sistem
Psikologi, loc.cit., h. 280
[14]
Historical Encyclopedia of School
Psychology, Editor Thomas K. Fagan and Paul G. Warden. (USA: Greenwood
Publishing Group, 1996), h. 135
0 comments:
Post a Comment