Kirim Pertanyaan Anda Ke alamat Email ini: konsultasiantasari@gmail.com

Saturday, October 11, 2014



Empat Fungsi Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi sebagai kajian ilmu ilmiah memiliki empat fungsi yaitu:
Pertama, description, menggambarkan atau bisa juga dinamakan dengan classifying, pengklasifikasian secara khas berdasarkan catatan rinci dari pengamatan ilmiah.[1]
Meskipun description tidak bisa menjelaskan sesuatu, akan tetapi, pengetahuan yang berguna dimulai dari gambaran yang akurat. Description diharapkan mampu menjawab pertanyaan penting yaitu “why” bagaimana. Jadi hasil jawaban pertanyaan dapat berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
Fungsi pertama psikologi ini bertujuan untuk menggambarkan cara-cara yang berbeda dari tingkah laku manusia. Misalnya, menggambarkan tingkah laku dan proses mental austic anak-anak, seperti, sulitnya belajar bahasa.[2]
Kedua, understand (memahami) or explain (menjelaskan). Caranya yaitu dengan mengidenfikasi sebab-sebab yang mengakibatkan efek-efek tertentu.[3]
Dalam fungsi kedua ini, akan melibatkan penyusunan fakta yang perlu diketahui tentang prilaku, mendapatkan wawasan tentang hubungan dan diamati, dan beberapa prinsip-prinsip dan model yang akan menjelaskan prilaku sosial.[4]
Ketiga, yaitu Prediction (prediksi), setelah mampu menggambarkan serta kemudian memahami atau menjelaskan selanjutnya adalah memprediksi. Tujuan fungsi ini adalah mampu memprediksi bagaimana manusia akan berprilaku dalam beberapa situasi.[5]
Lebih jelasnya, prediksi  mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil dari prediksi berupa prognosaprediksi atau estimasi
Yang terakhir yaitu keempat, control.  Sejatinya, kontrol hanya mengacu pada pengendalian kondisi yang mempengaruhi perilaku berubah. Misalnya,  jika seorang psikolog klinik membantu seseorang mengatasi rasa takut yang sangat dari laba-laba, maka kontrol yang terlibat untuk melakukan pengendalian rasa takut tersebut.[6]
Jadi, tujuan control yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan dan perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Coon, Dennis dan John Mitterer, Introduction to Psychology: Gateways to Mind and Behavior. USA, Cengage, edisi ke-12, 2010.

Plotnik, Rod and Haig Kouyoumdjian,  Introduction to Psychology. USA, Cengage Learning, edisi ke-10, 2014.
Sevilla, Consuelo G, General Psychology. Philippines, Rex Book Store, 1988.





[1] Dennis Coon,John Mitterer, Introduction to Psychology: Gateways to Mind and Behavior, edisi ke-12, (USA: Cengage, 2010), h. 15

[2] Rod Plotnik,Haig Kouyoumdjian,  Introduction to Psychology, edisi ke-10, (USA: Cengage Learning, 2014), h. 4
[3] Consuelo G. Sevilla, General Psychology, (Philippines, Rex Book Store, 1988), h.15
[4] Ibid.,
[5] Rod Plotnik,Haig Kouyoumdjian, Introduction to Psychology., loc. cit., h. 4

[6] Dennis Coon and John Mittererm, Introduction to Psychology: Gateways to Mind and Behavior., loc. cit., h. 15

Friday, October 10, 2014




Berbagai Pendekatan atau Aliran Psikologi

Ada beberapa pendekatan atau aliran dalam ranah psikologi,
Pertama, Strukturalisme, aliran ini adalah aliran pertama spikologi. Tokoh strukturalisme adalah Wilhelm Wundt, seorang psikologi Jerman yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di tahun 1879. Pada saat itu aliran psikologi ini melihat kesadaran sebagai tersusun dari elemen-elemen struktural yang berhubungan erat dengan proses-proses pada organ-organ pancaindra.[1]
Tugas psikologi adalah menemukan elemen-elemen dasar dan berupaya menetapkan hukum-hukum yang menggabungkan elemen-elemen dasar ini. aliran strukturalisme juga disebut dengan elementalisme karna sering disebut juga ilmu kimia mental dan pandangannya yang mentalistik.[2]
Strukturalisme sebagai aliran tak luput dari perbedaan dan penentangan. Penentang aliran strukturanlisme berpendapat bahwa karakteristik paling utama dari pikiran sadar adalah proses-prosesnya bukan isinya yang pasif, menyadari atau merasakan bukan sensasi-sensasi, berpikir dan bukan pikiran-pikiran, menggambarkan dan bukan gambaran-gambaran. Intinya proses-proses di atas harus menjadi pokok utama psikologi.[3]
Terlepas dari program penelitian yang intensif dan penentangan-penentangan dengan arus yang besar, akhirnya aliran strukturalisme mengalami nasib yang sama dengan kisah dinosaurus.
Kedua, Fungsionalisme, aliran ini memfokuskan dengan mempelajari fungsi dan kegunaan jiwa. Secara lebih terperinci, fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan proses-proses mental dan bukan isi mental dan yang menghargai kebermanfaatan psikologi.[4]
Aliran fungsionalis berusaha mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana kesadaran jiwa manusia khususnya fungsi kesadaran dan penyesuaian terhadap situasi-situasi tertentu.
Perbedaan aliran ini dengan aliran lainnya seperti aliran struktural, gestal, dan psikoanalis adalah terletak pada semangat atau sikap yang menekankan penerapan dan kebermanfaatan psikologi. Para fungsionalis ingin mengetahui cara kerja pikiran dan apa saja kegunaan pikiran, bukan sekedar isi dan struktur apa yang terlibat dalam proses mental.[5]
Salah satu pemimpin fungsionalis adalah William James (1824-1910), ia adalah seorang filsuf, dokter, sekaligus psikolog Amerika. William berpendapat bahwa pencarian struktur pembangun pengalaman, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wundt dan Titchener adalah usaha yang sia-sia dan membuang waktu. Alasannya, otak atau pikiran terus-menerus berubah. Ide-ide yang tetap atau permanen tidak muncul secara berkala sebelum adanya “cahaya yang menyoroti kesadarn” (footlight of conscinousness).[6]
Fungsionalisme tidak berusia panjang. Aliran ini kurang memiliki teori atau program penelitian yang tepat, serta kurang mampu menarik pengikut. Alhasil, penelitian tentang kesadaran dan konsep aliran ini tidak dapat bertahan lama. Meskipun demikian, penekanan para fungsionalis terhadap penyebab dan akibat perilaku telah mentukan perjalanan psikologi sebagai suatu yang ilmiah.[7]
Ketiga, Psikoanalisis, meruapakan aliran utama dalam psikologi dan memiliki teori kepribadian yang disebut teori kepribadian psikoanalisis. Dalam sejarah psikologi, aliran ini menjadi mazhab pertama dari tiga mazhab utama psikologi, seperti behaviorisme sebagai mazhab kedua dan humanistik seksistensial sebagai mazhab ketiga.[8]
Tokoh aliran ini adalah Sigmund Freud, ia juga dikenal dengan sebutan bapak psikoanalisis. Freud berupaya mengembangkan kepribadian yang ditentukan oleh adaptasi individual dan tanpa sadar terhadap kekuatan-kekuatan tersebut.
Psikoanalisis mengembangkan konsep aktivitas mental lebih luas dari pada sistem psikologi manapun. Sebagai represntasi utama dari kebergantungan aksterm pada aktivitas mental untuk menjelaskan kepribadian, psikoanalisis terpisah dari berbagai gerakan lain dalam psikologi kontemporer. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lainnya, namum merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis.[9]
Keempat, Behaviorisme,  adalah satu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.[10]
Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson. Aliran Behaviorisme menitikberatkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor peting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada dasarnya, aliran ini memandang bahwa perkembangan seseorang sebagai “seorang tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan”.[11]
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata.[12]
Jadi, fokus kajian dan perhatian aliran behaviorisme adalah perilaku yang tampak, hal ini karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.
Sebagai tokoh psikologi aliran behaviorisme,  Watson  mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. tujuan behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang atau stimulus, dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.[13]
Karya Watson diawali dengan artikelnya Psychology as The Behaviorist Views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, karena kesadaran adalah sesuatu yang dubios
Kelima, Gestalt adalah sebuah kata Jerman yang dapat diterjemahkan sebagai bentuk, wujud atau organisasi yang mengandung arti kebulatan, keselurahan dan keparipurnaan. Psikologi gestalt pada umumnya berbicara mengenai cara bagaimana kita mengamati dunia di sekitar kita. Para psikolog gestalt percaya bahwa persensi kita ada sangkut pautnya dengan keseluruhan atau pola-pola yang terorganisasi.[14]
Gagasan pokok psikologi gestalt adalah keseluruhan yang lebih daripada penjumlahan atas bagian-bagiannya. Teori gestalt bersifat antireduksionistik. Psikologi gestalt berbeda dengan teori-teori lain yang berusaha menentukan bagaimana sesuatu itu berfungsi dengan memecahkan satuan ke dalam bagian-bagian dan kemudian memeriksa bagian-bagian tersebut. Hal itu dianggap keliru oleh psikologi gestalt.[15]
Hal yang mendasari psikologi gestalt adalah teori nativistik bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungan dengan cara-cara khas.[16]

DAFTAR PUSTAKA

Brennan, James F, Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, edisi ke-6, 2006.
Chaplin,  JP, Dictionary of Phsycology, diterj.oleh  Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Raja Grapindo, 2002.
Gunarsa, Singgih D, Konseling dan Psikoterapi,  Cet ke-7, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2007.
Semium, Yustinus,  Kesehatan Mental, Yogyakarta, Kanisius, 2006.
Semium, Yustinus, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, Yogyakarta, Kanisius, 2006.
Wade, Carole dan Carol Tavris, Psikologi, Jakarta, Erlangga, Edisi ke-9, 2007.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi. Yogyakarta, Penerbit Andi, 2002.




[1] Yustinus Semium, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 41.
[2] Ibid.,
[3] Ibid., h.42
[4] James F. Brennan, Sejarah dan Sistem Psikologi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, edisi ke-6, 2006), h. 255
[5] Ibid., h. 255
[6] Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, Edisi ke-9, 2007), h. 19.
[7] Ibid.,
[8] Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud., loc, cit, h. 43.
[9] James F. Brennan, Sejarah dan Sistem Psikologi, loc. Cit., h. 313
[10] JP Chaplin, Dictionary of Phsycology, diterj.oleh  Kartono, Kartini, dg judul Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta : Raja Grapindo, 2002), h. 54
[11] Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,  Cet ke-7, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), h. 191
[12] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002), h. 53
[13] JP Chaplin, Dictionary of Phsycology., loc. cit., h. 536
[14] Yustinus Semium, Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 389
[15] Ibid.,
[16] James F. Brenann, Sejarah dan Sistem Psikologi, loc. cit., h. 294

Thursday, October 9, 2014



Ruang Lingkup Psikologi
Psikologi adalah ilmu  yang telah berkembang sejak abad 17 dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Seperti ilmu-ilmu lainnya, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari kajian ilmu filsafat namun sering perkembangannya psikologi dapat berdiri sebagai ilmu tersendiri.
Psikologi sebagai ilmu yang mengkaji jiwa ternyata mendapatkan banyak kesulitan karena objek penyelidikannya adalah sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat diselidiki secara langsung, meskipun demikian penyelidikannya dapat dilihat dari keaktifan-keaktifannya yang terlihat melalui manifestasi tingkah laku atau perbuatan.
Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan
Dan ditinjau dari segi sifatnya psikologi terbagi menjadi dua yaitu, Psikologi umum dan psikologi khusus
Psikologi khusus terbagi menjadi bermacam-macam bidang yaitu:
Psikologi Perkembangan
Menurut Siti Partini psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari perubahan pada individu, baik perubahan fungsi fisik, mental dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kahidupan, semenjak konsepsi hingga akhir hayat.[1]
Jadi, Psikologi perkembangan merupakan  psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi hingga masa tua, yang mencakup, masa anak, masa puber, masa dewasa dan masa tua.
Adapun aspek perkembangannya meliputi empat aspek yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial termasuk moral[2]
Psikologi sosial
Psikologi sosial adalah telaah tentang cara kita berpikir, merasa dan bertindak dalam lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan sosial terhadap pikiran, perasaan dan tindakan kita.[3] Fokus psikologi sosial ialah telaah tentang pengaruh sosial.[4]
Jadi, Psikologi sosial merupakan psikologi khusus yang membicarakan tentang tingkah laku dan aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial dan pengaruh sosial teradapa manusia.
Psikologi pendidikan, menurut Witherington, psikologi pendidikan adalah suatu kajian sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.[5]
Psikologi pendidikan merupakan cabang psikologi yang menuraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
Secara garis besar, para ahli membatasi pokok-pokok kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam yaitu
·     Pokok bahasan mengenai “belajar”,  meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas prilaku  belajar.
·         Pokok bahasan mengenai proses, baik tahapan dan pristiwa dalam kegiatan belajar.
·         Pokok bahasan mengenai situasi, baik suasana dan lingkungan, fisik dan non fisik.[6]
Psikologi kepribadian, yaitu cabang psikologi yang membahas tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.[7] Psikologi kepribadian mengambil dan menyatukan apa-apa yang dipelajari oleh psikologi umum dan psikologi perkembangan. Dalam psikologi kepribadian dipelajari bagaimana kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan pengembangan, bagaimana kaitan antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu dan seterusnya.[8]
Psikologi Abnormal adalah salah satu cabang psikologi  yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya.  Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis).[9]
Psikologi Industri, psikologi ini pada zaman dahulu memfokuskan diri mereka dengan permasalahan rasa lelah, bosan dan faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi-kondisi kerja yang dapat menghalangi kinerja yang efisien. Hingga kini psikologi industri kian berkembang dan diperluas hingga mencakup pengetahuan, persepsi, kepribadian, emosi, pelatihan, keefektifan, kepemimpinan, kebutuhan, kekuatan motivasional, kepuasaan kerja, proses pembuatan keputusan, penghargaan kinerja, ukuran sikap, teknik seleksi karyawan, rancangan kerja dan stres pekerjaan.[10]

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, cet ke-3, 2003.
Atkinson, Rita L. dkk, Pengantar Psikologi, Jakarta, Erlangga, t. th
Dalyono, Muhammad, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.
Henry Carl Witherington, Educational Psychology. ditrj oleh Buchari, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1999.
Hidayati, Wiji dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Teras, 2008.
Koswara, E, Teori-Teori Kepribadian, Bandung, Eresco, 1991.
Nevid, Jeffrey dkk, Psikologi Abnormal, Jakarta, Erlangga, 2005.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge, Organization Behavior, ditrj oleh Diana Angelic, dkk, Prilaku Organisasi,  Jakarta, Selemba Empat, edisi-12, 2008.
Suardiman, Siti Partini, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, UN Yogyakarta, 2006.



[1] Siti Partini Suardiman, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: UN Yogyakarta, 2006), h. 1
[2] Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2008), h. 9
[3] Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, tt), h. 351
[4] Ibid.,
[5] Whiterington, Psikologi Pendidikan, trj oleh Buchari, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 12
[6] Muhammad Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 12
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Umum Cet ke-3 (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 8
[8] E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), h. 4
[9] Nevid, Jeffrey dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta:Erlangga, 2005), hal. 4-10
[10] Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Prilaku Organisasi 1, edisi 12, (Jakarta: Selemba Empat, 2008), h. 14.